KEADILAN ILAHI
Salah satu pokok mazhab Syi’ah adalah keadilan Ilahi.
Karena keadilan adalah salah satu sifat kesempurnaan dan Allah memiliki seluruh
sifat kesempurnaan serta terbebaskan dari segala bentuk kekurangan. Oleh karena
itu, kezaliman dan kejelekan tidak akan ditemukan di dalam diri Allah. Karena
kezaliman dan kejelekan adalah salah satu kelakuan tak layak yang bersumber
dari kebodohan, ketidakmampuan dan rasa membutuhkan. Sedangkan Allah mengetahui
segala sesuatu, mampu atas segala sesuatu dan tidak membutuhkan kepada suatu
apa pun. Atas dasar ini, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allah adalah Maha
Adil dan telah mengaktualisasikan keadilan dalam setiap pekerjaan-Nya.
Dalam al-Quran yang mulia disebutkan:
شَهِدَ
اللهُ
أَنَّهُ لاَ
إِلَهَ
إِلاَّ هُوَ
وَ
الْمَلاَئِكَةُ
وَ أُولُوا
الْعِلْمِ
قَائِمًا
بِالْقِسْطِ
“Allah bersaksi sedangkan Ia
selalu melakukan keadilan bahwa tiada Tuhan selain Ia. Begitu juga para
malaikat dan orang-orang yang berilmu.”[1]
Kesimpulannya, berdasarkan hukum akal, ayat dan hadis dapat dibuktikan
bahwa Allah adalah Maha Adil. Segala yang diciptakannya, Ia telah
menciptakannya dengan keteraturan, ukuran dan kalkulasi tertentu. Seluruh alam
semesta ini didominasi oleh keseimbangan dan keserasian. Rasulullah saw
bersabda: “Langit dan bumi tegak dengan keadilan.”
Dunia bak garis, tahi lalat, mata dan alis mata ** segala sesuatu di
tempatnya masing-masing jitu.
Kita mengakui bahwa kita tidak memiliki pengetahuan sempurna tentang alam
semesta ini dan belum meneliti seluruh makhluk yang berada di dalamnya, dan
kita tidak akan pernah mampu untuk itu. Akan tetapi, setiap kali kita
mengetahui satu sisi dari alam semesta ini, kita hanya menyaksikan keteraturan,
kalkulasi (yang jitu) dan keadilan di situ. Dari sini kita dapat meyakini keadilan
Pencipta alam semesta ini.
Atas dasar ini, Allah adalah Maha Adil, baik dalam penciptaan maupun di
dalam perhitungan pada hari Kiamat. Ia menciptakan setiap kejadian, pahala dan
siksa di tempatnya masing-masing berdasarkan kemaslahatan dan keberhakan (setiap
makhluk). Hak setiap makhluk belum pernah dizalimi dan tidak akan pernah
dizalimi. Segala bentuk kekurangan, keburukan, bahaya, kejelekan dan lain-lain
(yang kita saksikan di dunia ini) adalah hasil perbandingan titik lawannya,
seperti kebaikan, kemakmuran dan manfaat. Jika tidak, segala sesuatu di
tempatnya masing-masing dan setiap kondisi dalam kondisinya masing-masing dan
dibandingkan dengan keseluruhan sistem alam semesta ini adalah tepat dan
kebaikan belaka.
Tak ada kejelekan mutlak di dunia ini ** kejelekan adalah perbandingan
ketahuilah ini.
Allah telah menciptakan setiap orang sebagai makhluk yang dapat memilih dan
memberikan kepadanya akal supaya ia dapat membedakan antara yang baik dan
jelek. Ia juga telah mengutus para nabi supaya membantunya dalam menentukan
mana yang baik dan mana yang buruk, mengajaknya untuk menempuh jalan
kebahagiaan dan kebaikan dan mencegah mereka dari melakuan setiap kejelekan dan
segala yang mendatangkan kesengsaraan. Semua itu adalah sangat tepat,
kemaslahatan dan kebaikan. Dengan demikian, ketika ia memilih kebaikan, ia
berhak mendapatkan pahala dan jika ia memilih jalan keburukan, ia berhak
menerima balasan. Dan berdasarkan keadilan, Allah akan memberikan pahala kepada
orang yang berbuat kebaikan dan memberikan balasan kepada orang yang berbuat
kejahatan sesuai dengan kejahatannya. Dan hal ini adalah keadilan murni dan
tidak dapat dianggap sebagai sebuah kezaliman.
Dalam al-Quran Ia berfirman:
وَ
نَضَعُ
الْمَوَازِيْنَ
الْقِسْطَ
لِيَوْمِ
الْقِيَامَةِ
فَلاَ
تُظْلَمُ
نَفْسٌ شَيْئًا
“Dan pada hari Kiamat Kami akan
mendirikan timbangan-timbangan yang adil. Dengan demikian, tak seorang pun
dapat terzalimi.”[2]
Dalam ucapan sebagian ulama disebutkan bahwa Allah berfirman: “Aku zalim
jika tidak membalas orang yang zalim.”
[1]Surah Ali ‘Imran: 18.
[2]Surah al-Anbiya`: 47.
|