Büyük Taklit Mercii
   Biografi
   Karya
   Hukum dan Fatwa
   Akidah
   Pesan-pesan
   Perpustakaan Fiqih
   Karya Putra Beliau
   Galeri

   E-Mail Listing:


 

IMAMAH (KEPEMIMPINAN)

Salah satu Ushuluddin yang diyakini oleh para pengikut Ahlulbait as secara khusus adalah imamah.

Dari pembahasan kenabian di atas telah dipahami bahwa keberadaan seorang imam untuk agama dan masyarakat adalah seperti keberadaan seorang nabi. Sebagaimana penentuan seorang nabi harus dilakukan oleh Allah, penentuan seorang imam dan khalifah pun sebagai penjaga dan penjelas agama harus dilakukan oleh Allah. Masyarakat tidak mampu dan tidak memiliki kelayakan untuk menentukan seorang pengganti bagi seorang nabi. Bukan tugas masyarakat dalam rangka menjelaskan hukum Ilahi dan syariat seorang nabi untuk menentukan seorang penggantinya. Argumentasi atas hal ini sangatlah banyak. Pada kesempatan ini, kami akan menyebutkan sebagiannya saja.

Argumentasi Pertama

Seperti telah disebutkan di atas, kedudukan imamah tidak berbeda dengan kedudukan kenabian dan berperan sebagai pengganti kedudukan kenabian. Atas dasar ini, setiap dalil dan argumentasi yang telah kami paparkan berkenaan dengan kenabian, juga memiliki indikasi atas kelaziman imamah. Kesimpulannya, imamah juga dapat dibuktikan dengan dalil dan argumentasi tersebut.

Argumentasi Kedua

Telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan seorang imam sangat bermanfaat dan tidak mengandung keburukan (mafsadah) bagi keberadaan agama dan al-Quran. Dengan demikian, sesuai dengan kaidah keadilan dan luthf Allah Yang Maha Bijaksana, penentuan seorang imam adalah suatu kelaziman. Karena, tidak adanya penentuan itu, di samping kemaslahatan yang akan hilang dari tangan agama dan umat manusia, keburukan akan terwujud, segala usaha Rasulullah saw, agama, syariat dan al-Quran akan sirna dan semua itu akan dilupakan. Semua itu adalah sama dengan pemberangusan tujuan (pengutusan seorang nabi), dan hal itu adalah mustahil bagi-Nya.

Argumentasi Ketiga

Dalam argumentasi dan dalil imamah telah disebutkan bahwa seorang imam harus ma’shum (terjaga dari dosa), memiliki seluruh karakteristik utama manusia, tersucikan dari segala kebejatan mental, mengetahui segala yang dibutuhkan oleh umat manusia, dan mampu mendepak segala kritik (yang berkembang di tengah-tengah masyarakat). Kesimpulannya, ia harus sempurna dari segala segi. Mengingat mayoritas karaktersitik tersebut termasuk karakteristik-karakteristik batiniah dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, dengan demikian penentuan seseorang yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut berada di luar kemampuan umat manusia. “Allah lebih mengetahui di mana Ia meletakkan risalah-Nya”[1] dan umat manusia tidak akan pernah mampu untuk menentukannya serta tidak memiliki hak untuk ikut campur. Allah SWT berfirman:

æó ÑóÈøõß ó íóÎúáõÞõ ãóÇ íóÔóÇÁõ æó íóÎúÊóÇÑõ ãóÇ ßóÇäó áóåõãõ ÇáúÎöíóÑóÉõ

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendakinya dan memilih. Mereka tidak memiliki pilihan (dalam hal ini).”[2]

Atas dasar ini, penentuan seorang imam dan khalifah adalah tugas Allah dan berada di luar tugas umat manusia.

Dengan demikian, kami para pengikut Syi’ah meyakini bahwa atas dasar perintah Allah dan Rasul-Nya dua belas orang ma’shum telah ditentukan untuk mengemban tugas kepemimpinan dan imamah. Beliau telah memperkenalkan mereka kepada khalayak ramai dengan menyebutkan nama dan karakteristik mereka masing-masing.

Imam Pertama

Di permulaan dakwah, Rasulullah saw telah memperkenalkan imam dan pengganti beliau.

Hingga tahun ketiga Bi’tsah, Rasulullah saw melakukan dakwah secara rahasia. Ketika ayat yang berbunyi: “Dan berikanlah peringatan kepada keluarga dekatmu” (QS. Asy-Syu’ara`: 214) turun, beliau mengajak keluarga dekatnya untuk memeluk agama Islam. Mereka berjumlah empat puluh orang. Setelah menyantap hidangan yang telah disediakan, beliau bersabda: “Wahai putra-putra Abdul Muthalib! Demi Allah, aku tidak pernah mengenal seorang pemuda Arab yang membawa suatu ajaran yang lebih baik dari yang kubawa ini. Aku membawa suatu ajaran untuk kebaikan dunia dan akhirat kalian. Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mengajak kalian memeluk ajaran ini. Siapakah di antara kalian yang siap membantuku sehingga ia menjadi saudara, washî dan penggantiku?” Orang-orang yang hadir di situ bungkam seribu bahasa kecuali Ali as yang pada waktu itu lebih kecil dari mereka. Ia bangkit dari duduknya seraya berkata: “Wahai Rasulullah! Di jalan ini aku akan menjadi penolong dan sahabatmu.” Setelah itu, Rasulullah saw meletakkan tangannya di atas pundak Ali seraya bersabda:

Åöäøó åóÐóÇ ÃóÎíú æó æóÕíøíú æó ÎóáíúÝóÊíú Ýöíúßõãú ÝóÇÓúãóÚõæúÇ áóåõ æó ÇóØíúÚõæúåõ

“Sesungguhnya ini adalah saudara, washî dan khalifahku di tengah-tengah kalian. Maka, dengarkanlah ia dan taatlah kepadanya.”

Seluruh hadirin bangkit dari tempat duduk mereka sambil tertawa mengejek dan berkata kepada Abu Thalib: “Ia telah memerintahkan kepadamu untuk mendengarkan ucapan anakmu dan menaatinya.”

Tidak sedikit dari ulama Ahlussunnah, seperti Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaeh, Abu Na’im, al-Baihaqi, Ats-Tsa’labi, ath-Thabari, Ibnu Atsir, Abul Fida` dan lain-lain yang telah menukil hadis tersebut. Silakan Anda merujuk kepada buku al-Murâja’ât dan Ihqâq al-Haq jilid 4.

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa dakwah kepada kenabian dan imamah berjalan secara bersama-sama dan saling berdampingan. Dan dapat dipahami juga bahwa sebagaimana Rasulullah saw memiliki perhatian khusus terhadap kenabian, beliau juga memiliki perhatian yang sama terhadap masalah imamah. Serta dapat dipahami juga bahwa menerima kenabian tanpa menerima konsep imamah bukanlah tujuan dan permintaan Islam dan tidak sesuai dengan keinginan beliau.

Setelah peristiwa itu, Rasulullah saw selalu menyampaikan keimamahan Imam Ali as dalam berbagai kesempatan dengan penjelasan yang berbeda-beda. Banyak ayat al-Quran yang turun berkenaan dengan hal ini hingga beliau berangkat ke Makkah untuk melaksanakan haji. Peristiwa itu terjadi bersamaan dengan akhir-akhir usia beliau. Oleh karena itu, haji tersebut di beri nama Haji Wada’. Umat Islam yang ikut serta bersama beliau pada itu diperkirakan mencapai 120.000 orang.

Ringkasan Peristiwa Ghadir Khum

Setelah usai melaksanakan haji, Rasulullah saw pulang kembali ke Madinah. Ketika telah mendekati sebuah daerah yang bernama Ghadir Khum, malaikat Jibril turun dan memerintahkan beliau untuk berhenti. Beliau pun memerintahkan rombongan untuk berhenti. Melihat perintah untuk berhenti di sebuah daerah yang sangat panas dan tak berpohon itu, mereka merasa heran. Mereka berkata kepada diri mereka sendiri: “Pasti telah turun sebuah perintah penting dari Allah.” Pada waktu itu, turunlah ayat yang berbunyi:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáÑøóÓõæúáõ ÈóáøöÛú ãóÇ ÃõäúÒöáó Åöáóíúßó ãöäú ÑóÈøößó æó Åöäú áóãú ÊóÝúÚóáú ÝóãóÇ ÈóáøóÛúÊó ÑöÓóÇáóÊóåõ æó Çááåõ íóÚúÕöãõßó ãöäó ÇáäøóÇÓö Åöäøó Çááåó áÇó íóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáúßóÇÝöÑöíúäó

“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan oleh Tuhanmu kepadamu. Jika Engkau tidak melakukan hal itu, maka engkau belum menyampaikan risalah-Nya. Allah akan menjagamu dari orang-orang (yang ingin mengganggumu). Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang kafir.”[3]

Muadzin memanggil para jamaah untuk mengerjakan shalat Zhuhur. Setelah usai mengerjakan shalat Zhuhur, Rasulullah saw mengajak mereka untuk mendengarkan perintah Ilahi. Sebuah mimbar telah dibuat dari pelana-pelana onta dan beliau naik di atasnya. Setelah memuji Allah, beliau bersabda kepada para jamaah: “Tidak lama lagi aku akan pergi dari tengah-tengah kalian. Aku akan dimintai pertanggungjawaban dan kalian juga akan dimintai pertanggungjawaban ... Sekarang lihatlah bagaimana kalian akan memperlakukan dua peninggalan yang telah kutinggalkan di tengah-tengah kalian ini.”

Salah seorang jamaah bangkit seraya bertanya: “Apakah dua peninggalan tersebut, wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda: “Pusaka peninggalan yang besar adalah Kitab Allah yang satu sisinya berada di tangan Allah dan sisi yang lain berada di tangan kalian. Janganlah kalian mencampakkannya supaya kalian tidak tersesat. Adapun pusaka peninggalanku yang lain adalah Ahlulbaitku. Allah Yang Maha Lembut dan Mengetahui memberitahukanku bahwa kedua pusaka peninggalan itu tidak akan pernah berpisah sehingga bergabung denganku di surga. Janganlah kalian mendahuli keduanya, karena kalian pasti celaka dan janganlah kalian ketinggalan dari mereka, karena kalian pasti celakan juga.”

Tiba-tiba para jamaah melihat Rasulullah saw memandang ke sekeliling beliau. Ketika pandangan beliau tertuju ke Ali as, beliau merunduk untuk memegang tangannya dan mengangkatnya sehingga bagian bawah ketiak mereka berdua terlihat dan semua yang hadir di situ menlihat dan mengenalnya. Ketika itu, beliau bersabda dengan suara yang keras dan jelas: “Siapakah yang lebih layak di antara kalian terhadap Muslimin?”

“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, jawab mereka.

Raslullah saw bersabda: “Allah adalah junjungan dan pemimpinku dan aku adalah pemimpin Mukminin. Barangsiapa aku adalah pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.” Beliau mengulangi ucapan tersebut sebanyak tiga atau empat kali. Setelah itu, beliau bersabda: “Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya, cintailah orang yang mencintainya dan bencilah orang yang membencinya, tolonglah orang yang menolongnya dan campakkanlah orang yang mencampakkannya, dan sertakanlah kebenaran bersamanya di mana pun ia berada.”

Khotbah Rasulullah saw seperti yang telah kami ringkas di atas selesai sampai di sini. Dan pada waktu itu juga turunlah ayat yang berbunyi:

Çóáúíóæúãó ÃóßúãóáúÊõ áóßõãú Ïöíúäóßõãú æó ÃóÊúãóãúÊõ Úóáóíúßõãú äöÚúãóÊöíú æó ÑóÖöíúÊõ áóßõãõ ÇáúÅöÓúáÇóãó ÏöíúäðÇ

“Pada hari ini, telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian, telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kalian dan telah Kuridhai Islam sebagai agama kalian.”[4]

Setelah itu, para jamaah yang hadir diliputi oleh kebahagiaan tersendiri dan mengucapkan selamat kepada Amirul Mukminin as. Abu Bakar dan Umar pun tidak iktu ketinggalan. Mereka berdua berkata kepada Ali as di hadapan khalayak ramai: “Selamat atasmu wahai Ali! Engkau telah menjadi pemimpinku dan pemimpin setiap Mukmin laki-lai dan wanita.”

Di akhir khotbah Rasulullah saw, setelah memohon izin kepada beliau, Hassan bin Tsabit melantunkan syair-syairnya yang di antara isinya adalah:

Ia berkata: “Berdirilah wahai Ali, sesungguhnya aku ** meridhaimu sebagai imam dan hadi setelahku.”

Ini adalah ringkasan dari peristiwa Ghadir Khum. Di samping ulama Syi’ah, para ulama Ahlussunnah pun telah menukinya di dalam buku-buku mereka. Sebagai contoh, mereka adalah al-Hafizh Abu Sa’id as-Sijistani, Abu Na’im al-Ishfahani, Abul Hasan al-Wahidi an-Nisyaburi, Ibnu Asakir asy-Syafi’i, Fakhurrazi, al-Humawaini, Ibnu Shabbagh al-Maliki, Jalaluddin as-Suyuthi, al-Alusi, al-Qunduzi, Badruddin al-Hanafi, Syeikh Muhammad Abduh dan lain-lain. Silakan Anda merujuk ke buku al-Ghadir karya Allamah Amini.

Perlu diperhatikan, para ulama tersebut meskipun telah menukil hadis Ghadir Khum di atas, akan tetapi mereka menakwil hadis itu atau tidak menganggapnya terlalu penting. Hal itu mungkin dkarenakan rasa takut, kondisi dan kedudukan diri mereka atau fanatisme mazhab.

Bagaimana pun juga, meskipun mereka berhasil menakwil hadis Ghadir dan tidak memperdulikannya, akan tetapi, hadis Rasulullah saw pada periode pertama dakwah secara terang-terangan, hadis Tsaqalain dan hadis-hadis lain tentang imamah Amirul Mukminin as dan para imam yang lain yang telah dinukil oleh mereka sendiri adalah hujjah bagi mereka. Karena hadis ini sangat banyak dan diriwayatkan secara mutawatir, hadis-hadis itu tidak dapat ditakwil dan dilalui begitu saja.

Nama-nama para imam yang lain—tanpa menyebutkan sejarah kehidupan mereka karena tujuan tulisan ini adalah ringkasan akidah—adalah sebagai berikut:

2. Imam Hasan al-Mujtaba as.

3. Imam Husain asy-Syahid as.

4. Imam Ali bin Husain as-Sajjad as.

5. Imam Muhammad bin Ali al-Baqir as.

6. Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq as.

7. Imam Musa bin Ja’far al-Kazhim as.

8. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as.

9. Imam Muhammad bin Ali al-Jawad as.

10. Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as.

11. Imam Hasan bin Ali al-‘Askari as.

12. Imam Muhammad bin Hasan al-Mahdi as. Imam kedua belas ini masih hidup hingga sekarang dan beliau berada di alam ghaib. Dengan perintah Allah beliau akan muncul kembali untuk mendirikan sebuah pemerintahan adil dan memenuhi dunia ini dengan keadilan.

Layak untuk diketahui bahwa kami para pengikut Syi’ah meyakini bahwa Sayidah Fathimah putri Rasulullah adalah istri agung Imam Ali as, ibunda para imam dan tolok ukur imamah dan wilâyah, serta penghulu para wanita di dunia dan akhirat. Beliau adalah teladan seluruh umat manusia untuk setiap masa. Karena beliau terjaga dari dosa, maka seluruh ucapan, perilaku dan penetapannya adalah hujjah bagi kita. Keridhaan beliau adalah keridhaan Allah dan Rasulullah saw dan kemurkaan beliau adalah kemurkaan Allah dan Rasulullah saw.

Nama-nama yang telah kami sebutkan di atas adalah Ahlubait dan ‘Itrah Rasulullah yang memiliki karateristik sama seperti beliau. Beliau selalu mewasiatkan mereka dan menyatakan mereka sebagai sekutu al-Quran. Beliau besabda:

Åöäøöíú ãõÎóáøöÝñ Ýöíúßõãõ ÇáËøóÞóáóíúäó: ßöÊóÇÈó Çááåö æó ÚöÊúÑóÊöíú Ãóåúáó ÈóíúÊöíú¡ áóäú ÊóÖöáøõæúÇ ãóÇ ÊóãóÓøóßúÊõãú ÈöåöãóÇ

“Sesungguhnya kutinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang sangat berat (baca: berharga): Kitab Allah dan ‘Itrahku, Ahlubaitku. Kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya.”[5]

Allah SWT telah meletakkan dua tanggung jawab berat di atas pundak mereka: pertama, kepemimpinan spiritual umat manusia dan mengenalkan mereka kepada pengetahuan, akhlak dan hukum-hukum agama dan dunia melalui ayat-ayat al-Quran, sunnah Rasulullah saw dan ilham-ilham yang mereka terima dari-Nya, dan kedua, kepemimpinan politik dan manajemen kehidupan sosial, serta merealisasikan seluruh hukum pemerintahan Islam dalam semua seginya.

Hadis-hadis Tentang Imam Mahdi as

Pada kesempatan ini, sangat tepat jika kami sajikan indeks hadis-hadis yang diriwayatkan melalui jalur Syi’ah dan Ahlussunnah berkenaan dengan Imam Mahdi as.

1. Kelompok hadis yang menekankan bahwa para imam berjumlah dua belas orang. Yang pertama adalah Ali dan yang terakhir adalah Mahdi. (91 hadis)

2. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa Mahdi berasal dari keluarga Rasulullah saw. (389 hadis)

3. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa Mahdi berasal dari anak cucu Ali as. (214 hadis)

4. Kelompok hadis yang mengatakan bahwa beliau berasal dari putra-putra Fathimah az-Zahra` as. (192 hadis)

5. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah putra kesembilan Imam Husain as. (148 hadis)

6. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah anak cucu Imam as-Sajjad as. (185 hadis)

7. Kelompok hadis yang mengatakan bahwa beliau adalah putra Imam al-‘Askari as. (148 hadis)

8. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah imam kedua belas dan terakhir. (136 hadis)

9. Kelompok hadis yang membicarakan tentang kelahiran beliau. (214 hadis)

10. Kelompok hadis yang menyatakan kepanjangan umur beliau. (318 hadis)

11. Kelompok hadis yang menyatakan bahwa beliau memiliki sebuah masa ghaibah yang sangat panjang. (91 hadis)

12. Kelompok hadis yang memberikan berita gembira tentang kemunculan beliau. (657 hadis)

13. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa beliau akan memenuhi dunia ini dengan keadilan. (123 hadis)

14. Kelompok hadis yang menegaskan bahwa Islam akan mendunia di tangan beliau. (47 hadis)

Jumlah keseluruhan hadis-hadis tersebut adalah 2.953 hadis.[6]


[1] Surah al-An’am: 124.
[2] Surah al-Qashash: 68.
[3] Surah al-Maidah: 67.
[4] Surah al-Maidah: 3)
[5] Bihâr al-Anwâr, jilid 5, hal. 68, hadis ke-1.
[6] Mahdi-ye Mau’ûd, hal.5.