|
MA’AD (HARI AKHIR)
Salah satu Ushuluddin
yang diterima oleh seluruh agama Ilahi dan kitab-kitab samawi adalah kembalinya
ruh ke badan dan pulang kembali ke alam akhirat. Dengan artian, kehidupan
manusia ini tidak diakhiri dengan sebuah kematian. Bahkan, setelah dunia ini
terdapat dunia lain. Di dunia itu setiap manusia akan mendapatkan ganjaran atas
setiap perilaku yang pernah dikerjakannya.
Allah SWT
berfirman:
íóæúãóÆöÐò íóÕúÏõÑõ ÇáäøóÇÓõ ÃóÔúÊóÇÊðÇ áöíõÑóæúÇ ÃóÚúãóÇáóåõãú * Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ * æó ãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ
“Pada hari itu umat manusia akan
keluar (dari liang kubur mereka) secara berpencaran untuk diperlihatkan amalan
mereka * Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar biji atom, ia akan melihatnya
* Dan barangsiapa mengerjakan keburukan sebesar biji atom pun, ia akan
melihatnya.”[1]
Ya! Satu-satunya
keyakinan yang dapat mencegah hawa nafsu manusia untuk melakukan tindak
kejahatan dan berbuat lalim terhadap orang adalah keyakinan terhadap Ma’ad
(hari akhir). Satu-satunya hal yang dapat mencegah seseorang untuk mengumbar
syahwat, melakukan keburukan dan segala tindak kejahatan dan kemungkaran adalah
menerima adanya perhitungan amal dan pembalasan. Satu-satunya polisi rahasia
yang selalu mengawasi segala perilaku manusia secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi adalah keyakinan terhadap hari pembalasan. Di dalam al-Quran,
setiap kali membicarakan tentang iman dan sifat-sifat orang-orang Mukmin, ia menegaskan
bahwa pondasi iman adalah dua hal: keyakinan terhadap Mabda` dan Ma’ad.
Setelah itu, baru ia mengingatkan akan konsekuensi iman tersebut, yaitu takwa
dan amal salih.
Bahkan lebih
dari itu. Keyakinan terhadap adanya hari akhir adalah konsekuensi dari
keyakinan terhadap konsep Mabda`. Barangsiapa meyakini konsep Mabda`,
mau tidak mau ia harus meyakini konsep Ma’ad. Atas dasar ini, seluruh
agama Ilahi dan semua orang yang mengikuti ajaran seorang nabi pasti meyakini
konsep Ma’ad.
Pendek kata,
argumentasi-argumentasi rasional dan tekstual (ayat dan hadis-hadis yang
mutawatir), serta keniscayaan seluruh agama telah membuktikan adanya Ma’ad.
Barangsiapa meyakini keberadaan Allah, ia pasti menerima konsep Ma’ad.
Yaitu, adanya hari kebangkitan, perhitungan amal, pahala, siksa, surga dan
neraka. Seperti telah disebutkan, ayat-ayat dan hadis-hadis mengasumsikan bahwa
keimanan kepada Allah memiliki konsekuensi keimanan kepada konsep Ma’ad,
keyakinan terhadap konsep Mabda` dan Ma’ad adalah masing-masing
sekutu yang lain dan tegak di atas satu pondasi.
Atas dasar ini, dalil
dan argumenasi-argumentasi yang telah “memaksa” kita untuk menerima empat Ushuluddin
tersebut, secara pasti juga “memaksa” kita untuk menerima adanya Ma’ad. Atas
dasar dalil dan argumentasi-argumentasi tersebut, kita meyakini adanya Ma’ad,
dan hal itu adalah kebijaksaan dan keadilan Ilahi itu sendiri.
[1]Surah az-Zilzal: 5-8.
|